Rabu, 30 November 2011

tips

Manfaat Buah Goji Berry Bagi Kesehatan

 manfaat buah goji berry Manfaat Goji Berry - Belakangan ini berbagai iklan jus buah goji berry ramai menghiasi layar kaca. Mereka mengklaim kalau produk yang mereka buat dari buah goji berry sangat kaya akan anti oksidan. Benarkah?

Banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal buah goji berry. Memang goji berry ini bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Goji berry lebih dikenal dan banyak dibudidayakan di Cina, Jepang, Tibet, Amerika, Thailand, Vietnam, dan India.

Lantas apa saja manfaat goji berry bagi kesehatan?
Buah goji berry mengandung nutrisi yang sangat beragam, antara lain karbohidrat, protein, lemak, serat, energi, mineral, asam amino, serta berbagai macam vitamin dan pigmen fenolat yang berkaitan dengan anti oksidan.

Banyak manfaat kesehatan yang didapat dari buah goji berry, diantaranya dapat menurunkan kolesterol, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menunda proses penuaan dini, menambah vitalitas seksual, mengurangi gangguan sakit kepala, mengatasi insomnia, mengatasi mual saat hamil, membantu menurunkan berat badan, menambah kesuburan, membantu mengatasi asam urat, mengatasi batuk kering, memperkuat penglihatan, serta memperkuat otot, tulang dan gigi.

Untuk memperoleh manfaat dari buah goji berry, anda dapat mengkonsumsi buah goji berry ini dengan cara di jus.
Semoga bermanfaat.

makalah

TESIS KAPASITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN SEKOLAH EFEKTIF






BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani. Kebesaran suatu bangsa seringkali diukur dari sejauhmana masyarakatnya mengenyam pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka semakin majulah bangsa tersebut. Kualitas pendidikan tidak saja dilihat dari kemegahan fasilitas pendidikan yang dimiliki, tetapi sejauhmana output (lulusan) yang dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan dapat memenuhi harapan, baik itu harapan peserta didik, harapan orang tua, harapan masyarakat, maupun harapan bangsa.
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku peserta didik. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum memenuhi harapan. Hal ini dirasakan banyak lulusan pendidikan formal yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia, apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai presentase penguasaan ilmu yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi ini merupakan gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.
Banyak pihak berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan bangsa di berbagai bidang. Rendahnya mutu pendidikan terkait dengan skenario yang digunakan oleh pemerintah dalam membangun pendidikan yang selama ini lebih menekankan pada pendekatan input dan output.
Pemerintah berkeyakinan bahwa dengan meningkatkan mutu input maka dengan sendirinya akan dapat meningkatkan mutu output. Dengan keyakinan tersebut, kebijakan dan upaya yang ditempuh pemerintah adalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan guru, menatar para guru, dan menyediakan dana operasional pendidikan secara lebih memadai. Kenyataan tersebut memberi gambaran umum bahwa pendekatan input dan output secara makro belum menjamin peningkatan mutu sekolah dalam rangka meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan.
Pendekatan input dan output yang bersifat makro tersebut kurang memperhatikan aspek yang bersifat mikro yaitu proses yang terjadi di sekolah. Dengan kata lain, dalam membangun pendidikan, selain menggunakan pendekatan makro juga perlu memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberi fokus secara lebih luas pada institusi sekolah yang berkenaan dengan kondisi keseluruhan sekolah seperti iklim sekolah dan individu-individu yang terlibat di sekolah baik guru, siswa, dan kepala sekolah serta peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu sama lain. Input sekolah memang penting tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana mendayagunakan input tersebut yang terkait dengan individu-individu di sekolah.
Jenis studi yang banyak mengkaji keberadaan sekolah pada tingkat mikro adalah studi mengenai keefektifan sekolah yang melihat faktor input, proses, dan output atau outcome sekolah secara keseluruhan serta bagaimana hubungan yang terjadi antara input dan proses dengan output atau outcome sekolah. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa studi keefektifan sekolah telah banyak membantu dalam memecahkan masalah pendidikan dalam kaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Pemahaman terhadap institusi sekolah secara menyeluruh sangat penting karena basis utama pendidikan adalah sekolah. Keberhasilan sekolah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional serta sejauhmana tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah tersebut, kemudian dikenal sekolah efektif dan efisien yang mengacu pada sejauhmana sekolah dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yag telah ditetapkan. Dengan kata lain, sekolah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga suatu sekolah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dimmuskan untuk dikerjakan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh sekolah.
Suatu asas yang paling penting dalam pengertian sekolah efektif adalah bagaimana masyarakat secara merata tanpa pandang bulu dapat mengenyam pendidikan secara layak. Dalam artian bagaimana murid dapat belajar. Aan Komariah dan Cepi Triatna (2008 : 33) mengatakan, "asas penting dan menjadi landasan bergerak dalam pengelolaan pendidikan menuju sekolah efektif adalah pernyataan bahwa semua anak dapat belajar". Hal ini mengisyaratkan pada kita bahwa sekolah merupakan wahana yang menyediakan tempat yang terbaik bagi anak untuk belajar.
Ukuran sekolah efektif yaitu sejauh mana sasaran dan tujuan (kuantitas, kualitas, waktu dapat dicapai sesuai standar. Prestasi yang diharapkan pada sekolah efektif tidak saja pada siswa tetapi pada semua komponen yang berada pada sistem lembaga tersebut. Sedangkan kualitas yang diharapkan adalah terkait dengan prestasi lembaga secara keseluruhan dan prestasi belajar siswa.
Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang menjalankan funsinya sebagai tempat belajar yang paling baik dengan menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu bagi siswa. Hasil belajar yang memuaskan bagi semua pihak ditandai dengan komprehensifnya hasil belajar yang diperoleh siswa atau sekolah yang menunjukkan tingkat kinerja yang diinginkan dalam penyelenggaraan proses belajar dengan menunjukkan hasil belajar yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Jika memperhatikan deskripsi sekolah efektif seperti dikemukakan di atas, di Kecamatan X Kabupaten X, khususnya pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar belum dapat mengimplementasikan pengelolaan pendidikan menuju sekolah efektif. Sekolah Dasar yang berada di wilayah Kecamatan X Kabupaten X belum menjalankan funsinya sebagai tempat belajar yang paling baik dengan menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu bagi siswa. Para penyelenggara pendidikan di Kecamatan X Kabupaten X belum memperhatikan berbagai aspek yang berkenaan dengan penyelenggaraan sekolah efektif. Tujuan sekolah belum dinyatakan secara jelas dan spesifik sehingga para pelaku pendidikan yang ada di sekolah kebingungan tujuan apa yang semestinya dicapai oleh sekolah seperti iklim di sekolah tidak kondusif, tidak ada kerja sama kemitraan yang baik antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, individu-individu yang terlibat di sekolah seperti guru, siswa, dan kepala sekolah belum menjalankan peranannya sesuai dengan fungsinya masing-masing serta belum mampu menjalin hubungan yang yang baik satu sama lain. Sedangkan dalam membangun pendidikan dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien selain menggunakan pendekatan makro juga perlu memperhatikan pendekatan mikro, yaitu dengan memberi fokus secara lebih luas pada institusi sekolah yang berkenaan dengan kondisi keseluruhan sekolah seperti iklim sekolah dan individu-individu yang terlibat di sekolah baik guru, siswa, dan kepala sekolah serta peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu sama lain. Dalam kaitan ini bahwa input sekolah memang penting, tetapi jauh lebih penting bagaimana mendayagunakan input tersebut yang terkait dengan individu-individu di sekolah maupun dengan individu-individu di luar sekolah, seperti komite sekolah, orang tua siswa dan masyarakat yang berada di sekitarnya.
Sekolah merupakan suatu institusi yang paling kompleks bila dibandingkan dengan institusi yang lain, karena di dalam sistemnya terdapat berbagai kegiatan serta proses yang tidak semua orang bisa melakukannya. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan program-progamnya untuk mewujudkan sekolah efektif perlu didukung oleh semua pihak, baik kepala sekolah, guru, penjaga sekolah, komite sekolah, dan masyarakat. Kepemimpinan kepala sekolah yang profesional dan kompeten, iklim organisasi sekolah, staf sekolah yang kreatif serta lingkungan yang mendukung akan membuat sekolah itu berjalan seperti yang diharapkan. Tanpa kerjasama yang baik dalam suatu sistem yang terpadu maka hasilnya akan mengecewakan semua pihak. Dengan demikian iklim organisasi sekolah akan benar-benar kondusif bagi terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga terwujudlah sekolah efektif. Tanpa mengabaikan berbagai faktor yang mempengaruhi dalam mengimplementasikan sekolah efektif seperti sarana prasarana, staf sekolah, dana operasional pendidikan lebih memadai, iklim sosial, dan budaya di lingkungan sekolah kurang mendukung, dan lainnya diduga kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasai sekolah berpengaruh yang signifikan terhadap implementasi sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X. Sehingga menjadi masalah yang berdampak buruk terhadap kualitas pendidikan di Kecamatan X Kabupaten X. Untuk itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul "Kapasitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah dalam Mengimplementasikan Sekolah Efektif (Studi Deskriptif Pengaruh Kapasitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Sekolah Dalam Mengimplementasikan Sekolah Efektif Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan X Kabupaten X)".

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Jika memperhatikan esensi dari sekolah efektif ditemukan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi sekolah efektif sehingga perlu pembenahan agar penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dalam arti memperoleh hasil yang optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mengimplementasikan sekolah efektif tersebut seperti lingkungan sekolah, kebijakan pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah, visi sekolah, sumber daya, kualitas guru, siswa, iklim organisasi sekolah, kurikulum, PBM, hasil belajar.
Dari beberapa faktor tersebut, faktor kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah diduga lebih banyak memberikan pengaruh pada keberhasilan implementasi sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi pada kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah.

C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kapasitas kepemimpinan kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X?
2. Bagaimana gambaran iklim organisasi sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X?
3. Bagaimana gambaran implementasi sekolah efektif pada Sekolah Dasar diKecamatan X Kabupaten X?
4. Bagaimana pengaruh kapasitas kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasikan sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X?
5. Bagaimana pengaruh iklim organisasi sekolah dalam mengimplementasikan sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X?
6. Bagaimana pengaruh kapasitas kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah secara bersama-sama dalam mengimplementasikan sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji masalah-masalah yang telah dirumuskan, yaitu untuk mengetahui pengaruh kapasitas kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah dalam mengimplementasikan sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini untuk :
1. Mengatahui gambaran kapasitas kepemimpinan kepala Sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X.
2. Mengatahui gambaran iklim organisasi sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X.
3. Mengatahui gambaran implementasi sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X.
4. Mengatahui pengaruh kapasitas kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasikan sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X.
5. Mengatahui pengaruh iklim organisasi sekolah dalam mengimplementasikan sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X.
6. Mengatahui pengaruh kapasitas kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah secara bersama-sama dalam mengimplementasikan sekolah efektif pada Sekolah Dasar di Kecamatan X Kabupaten X.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini antara lain :
a. Dapat dijadikan sebagai kajian untuk mendalami dan mengembangkan konsep-konsep administrasi pendidikan terutama tentang konsep-konsep kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan implementasi sekolah efektif.
b. Memberikan pengaruh yang berdaya guna secara teoritis, metodologis, dan empiris bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya administrasi pendidikan terutama pada kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan sekolah efektif.
c. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam meningkatkan sekolah efektif di tingkat satuan pendidikan yang profesional.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat hasil penelitian ini antara lain :
a. Diharapkan akan bermanfaat bagi peneliti maupun pembaca lainnya untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan dalam menganalisis kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan implementasi sekolah efektif di Kecamatan X Kabupaten X.
b. Diharapkan dapat memberi masukan informasi bagi UPTD Pendidikan Kecamatan X Kabupaten X dalam melakukan pengawasan serta mengevaluasi kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan implementasi sekolah efektif.
c. Diharapkan dapat memberi masukan informasi bagi kepala sekolah dan guru se-Kecamatan X kabupaten X untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan pola implementasi sekolah efektif.
d. Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait dalam upaya melaksanakan perbaikan dan peningkatan sekolah efektif, khususnya di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan X Kabupaten X.

pantun

Kumpulan Pantun Nasehat



Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat

puisi

Puisi Aku Sangat Merindukanmu

kata demi kata yg ku tulis..
deras air mata ku jatuh di atas screen ini

tak sanggup ku tahan rasa kehilangan
sesosok insan yg sangat aku sayang..
seminggu sudah tiada kabar.
enta dimana sayang gerangan..

sesak nafasku menahan rindu..
kemana lagi ku mencari mu.
tiada daya dan kuasa ku..
selain menunggu dan terus menunggu

kpd Tuhan aku panjatkan kiranya sayang dlm lindungan
sang pencipta yg maha pengasih dan penyayang..

aku istrimu hanya mampu berdo'a.untuk mu yg jauh disana
**( i luv u )** I miss u sooooo much

cerpen

ANGKASA


Kelabu.  Itulah pancaran mata wali kelasku.  Beliau merongrongku dengan kata 'belajar' sepanjang tahun, tetapi aku tidak berniat mendengarkannya.  Sampai akhirnya aku menangkap kemendungannya, hingga aku terpuruk penuh rasa salah. 
Tega nian aku menyusahkan orang setua ini.

Beliau menadahi dagunya dengan telapak tangan.  Alisnya meliuk-liuk.  Kacamata besarnya melorot.  Kerut-merut pada paras wali kelasku menunjukkan jumlah kebijaksanaan yang telah ia miliki. 
Kebijakan yang selama ini kutolak karena kuanggap terlalu tua.  Namun aku salah.  Apapun yang terucap dari mulut beliau bukan dusta.  Ketika beliau mengganggu waktu bermainku dan menuduhku anak malas, saat beliau berkata aku harus belajar lebih keras, dan segalanya, yang selalu kuabaikan, akhirnya aku gagal. 
Gagal dua kali menempuh kelas dua SMA. 
Dari bola matanya terlihat sorot mataku.  Gelap.  Mataku kosong, seperti tidak bernyawa.  Layaknya langit mendung nan gelap.  Tak ada cahaya di sana.

Aku lelah menanggung malu.  Tetapi aku letih memaksa diri belajar.  Padahal aku ingin naik kelas.  Semua orang mendukungku.  Kemudian godaan datang bertubi-tubi bagiku.  Melepasku dari kata rajin.  Aku pun terbuai.  Pergilah aku meninggalkan meja belajar.  Memboloslah aku dari pelajaran paling sulit.  Kubuang segala kesempatanku. 
Hingga aku menemukan kalimat pernyataan 'tidak naik kelas' di buku raporku.  Ini kedua kalinya aku tidak naik kelas.  Bodoh sekali, bukan?
Wali kelasku menyanggah.  Kamu tidak bodoh.  Kamu hanya terlalu tidak peduli pada nasib masa depanmu. 
Kalau aku tidak bodoh, mengapa terjadi?
Karena kamu tidak mau sedikit saja menyisihkan waktumu untuk berjuang!
Dengan kesal sekaligus tertohok oleh ucapan sang wali kelas, aku memberengut.  Kutinggalkan ruang guru yang gelap, kubanting pintunya, kularikan kakiku sejauh mungkin.  Mungkin aku ingin pergi ke tempat main.  Mungkin aku hanya mau pulang dan tidur sepuasnya. 
Aku ingin kabur dari dunia nyata di mana kita harus terus bekerja susah payah. 
Benci!

Tahun ajaran baru dimulai dengan kehampaan.  Teman-temanku yang sudah naik strata ke tingkat terakhir SMA menertawakanku.  Mengasihaniku.  Menepuk pundakku.  Memberiku nasihat basi.  Mata mereka menampakkan awan putih.  Tanpa beban.  Bebas.  Lega.  Sedangkan aku melihat guntur di mataku.  Marah.  Kesal.  Sesal.

Kuterobos gerombolan mantan adik kelasku.  Kini aku terjebak bersama para berondong! Siapa kalian? Ah, nanti kalian pasti menertawakan aku jika telah tahu kisahku. 
Aku masuk kelas.  Banyak orang di sana.  Menatapku penuh tanda tanya.  Tentu saja.  Mereka tidak mengenalku.

Duduklah aku di bangku belakang, sudut kanan.  Ini ruang kelasku yang lama.  Baunya pun masih sama. 
Sekonyong-konyong datang seorang gadis manis berambut keriting kriwil.  Ia memberi senyum padaku.  Disebutnya sebuah nama: Kirana.  Lalu aku membalas perkenalannya. 
Ia tampak terpukau oleh namaku, Bintang.  Matanya berbinar.  Oh, sebuah bulan kemilau! Aku menemukan bulan di mata Kirana. 

Wali kelasku bertanya mengenai kabarku.  Ia bilang aku harus berubah tahun ini.  Apa yang mesti kuubah? Aku nyaman hidup sesantai-santainya. 
Tetapi kamu wajib naik kelas!
Ya.  Kalau begitu, bagaimana caranya hidup santai penuh sukses?
Hidup adalah perjuangan. 
Kenapa kita harus berjuang?
Wali kelasku, Pak Surya, pun mengalah.  Mendesahlah beliau.  Kacamatanya dicopot.  Tangannya dilipat. 
Ia memanggil namaku dan mulai mengusahakan pembicaraan serius antara kami.  Dikatakannya bahwa setidaknya, walaupun aku benci SMA dan belajar, aku harus menempuhnya demi kebahagiaan orang tuaku.  Lagipula, aku sudah gagal.  Gagal adalah awal dari kesuksesan.  Seharusnya sejak gagal pertama kali aku diharapkan menyadari kesalahan dan memperbaikinya. 
Pak Surya kecewa karena perjuanganku tidak dilakukan dengan serius.  Kenapa? tanyanya.  Cobalah sekali lagi.  Dengan sungguh-sungguh.

Ingin aku menyumbat telinga dengan gabus.  Malas aku mendengar ocehannya.  Di sisi lain, petuah-petuahnya memang menyakiti hatiku.  Terasa begitu tepat mengenai perasaanku. 
Beliau tidak pernah salah bicara. 

Pemilik mata bulan yang masih kecil menghampiriku.  Ia menyodorkan catatan Sejarah untukku.  Rupanya ia menyadari aku tertidur saat pelajaran, dan, tentu saja, buku catatanku kosong melompong bak kolam renang sedang dibersihkan.  Hanya garis-garis yang nampak atasnya. 
Aku berterima kasih.  Ia mengangguk.  Pinjam saja dulu.  Aku sudah menggarisbawahi bagian terpenting. 
Heran.  Jangan-jangan ia agen rahasia dari Pak Surya dalam rangka membuatku tidak tinggal kelas! Kutanyai Kirana tanpa basa-basi. 
Ia menggeleng.  Dia bilang, ia hanya tidak mau nanti ada satu anak pun yang tertinggal di akhir tahun ajaran.  Sialan.  Mengena sekali!
Mulai besok jangan tidur di kelas lagi.  Nasihat Kirana menggema.  Rugi. 

Mataku tetap terasa kering kerontang meskipun aku berusaha membelalakannya.  Kutopang daguku.  Kutampar pipiku.  Namun atmosfer yang dikerubuti debu-debu Matematika gencar menyuruhku terlelap. 
Semua keributan di kelas rasanya mengawang dalam kepalaku.  Langit di luar mendung.  Meniru atmosfer hatiku.

Lalu datanglah jam istirahat.  Segera kuregangkan otot-ototku.  Hah.  Perutku lapar.  Berkeruyuk ia dengan lantang.  Kirana menghampiriku secara ajaib, membawa sekotak makanan.  Dia tersenyum simpul dan mengajakku makan. 
Kalau perut lapar, belajar mana masuk?
Aku merenggut.  Aku tidak punya makanan.

Kotak makanan Kirana yang ukurannya kira-kira sebesar ubin keramik putih dibuka.  Rupanya di sana tersaji seonggok sayuran dan empat potong perkedel jagung.  Hmm.  Menggiurkan.  Kirana kemudian duduk di depanku, membawa kantung bekalnya yang tertinggal di mejanya.  Dikeluarkannya sekotak nasi. 
Pinjam piring ke ruang guru, pintanya.

Maka aku beranjak dan bertemu Pak Surya sedang mengobrol dengan guru lain.  Ruang guru pengap tersebut ramai oleh keberadaan para pahlawan tanpa jasa berbaju rapi.  Lantas aku menanyakan pada Pak Surya perihal meminjam piring.  Ia pun memberikannya. 
Jarang kau makan saat istirahat, Bintang.  Siapa teman makanmu?

Aku cengengesan sendiri.  Kusebut nama seorang teman sekelas.  Asal saja.  Lalu aku berlari keluar. 
Kembalikan siang ini, ya!
Aku tiba di kelas.  Kirana membaca buku saku berisi moto-moto Latin selama menantiku.  Ia segera membagi nasinya dan lauknya.  Kami makan bersama sambil mengobrol.

Diceritakannya soal keluarganya yang ramai.  Tentang dua adiknya, ayah pendiamnya, ibu ceriwisnya, bahkan bebek peliharaannya.  Ia paparkan padaku buku-buku bacaan favoritnya.  Pramoedya.  Fira Basuki.  Dee.  Lalu ada nama Hilman disebutkan juga.  Semua genre adalah favoritnya! Kirana pun memberitahuku soal musik.  Dia suka jazz.  Aku penggemar indie dan The Upstairs.

Kami tertawa saat seorang teman sekelas masuk dan menuduh kami pacaran. 
Seiring kenyangnya perutku, aku semakin gembira.  Pelajaran berikutnya, aku menyerap semua kata-kata guru Matematikaku.  Aku bahkan berhasil mengerjakan latihan fungsi aljabarku. 
Beberapa nomor salah, sih. 
Tapi lumayan, 'kan?

Kami mendapat tugas kelompok.  Membaca buku sejarah Indonesia, terutama tentang berkembangnya aneka agama di sana sejak abad sekian dan pengaruhnya pada kebudayaan kita masa kini dan menuliskan inti-inti terpentingnya.  Aku disekelompokkan dengan Kirana.  Seakan guruku ingin membuat seisi kelas meledek kami karena kami sangat dekat. 
Lantas Kirana malah menambah seru anak-anak dengan mengajakku pulang bersama dan mengerjakan tugas di perpustakaan kota.  Kota kecil tempat kami tinggal. 
Aku setuju-setuju saja.  Kapan lagi ada gadis yang mau mengajakku pergi?
Pulang sekolah, ia membawaku ke tempat parkir sekolah.  Aku bertanya-tanya.  Apa dia membawa mobil atau motor?

Kamu bisa mengendarai sepeda?
Aku terheran-heran menyaksikan sepeda ontel yang dibawanya.  Astaga.  Lucu sekali.  Sebuah kendaraan tanpa bahan bakar dengan keranjang pada moncongnya dan dudukan boncengan di punggung. 
Akhirnya kami berboncengan naik sepeda ontel menyusuri jalan sepi kota kami.  Aku di depan, ia di belakang, meremas ranselku supaya tetap seimbang.  Betapa imutnya dia, kalau kupikir-pikirkan ekspresinya.

Siapa kira-kira yang dulu membonceng Kirana?
Kami sampai di gerbang perpustakaan umum.  Kami sisiri setiap rak buku sampai menemukan buku yang direkomendasikan guru sejarah kami tersebut.  Pustaka tebal tersebut kami bawa ke meja bundar yang tersedia di sana.  Kami lalu membacanya bersama seperti anak kecil berbagi dongeng.  Sesudah itu mencatat bagian-bagian penting yang ditargetkan guru. 
Ia merapat padaku ketika mengingatkanku bahwa ada beberapa hal yang sebetulnya tidak perlu kutulis.  Heran.  Rasanya perutku mulas.  Aku buru-buru mengiyakan ucapannya dan menghapus tulisanku.  Ia menyingkir, dan mulasku masih ada. 
Hening sejenak.  Kami asyik masing-masing. 
Aku tak sengaja menggarisbawahi satu kalimat dalam paragraf penting—maksudku agar tidak terlewatkan.  Untung aku memakai pensil. 
Punya penghapus?
Wah, Bintang! Jangan coret-coret bukunya, dong.
Aku bilang aku tak sengaja.  Kirana cekikikan.  Dia melempar penghapus ke telapak tanganku.  Kutangkap dengan lincah. 
Kamu suka olahraga?
Lumayan.
Aku sih tidak.  Kecuali bersepeda dan jalan kaki. 
Waktu kecil aku juara kelereng segeng main.
Aku juara duduk terlama, kalau begitu.
Kirana pun menertawakan dirinya sendiri.  Aku memandanginya penuh kekaguman.  Ia nampak bersinar.  Di matanya ada kerlipan kemilau. 
Mataku sendiri memantulkan cahaya tersebut.  Sepertinya di antara langit gelap hampaku muncul secercah cahaya.  

Kirana sangat terbuka padaku mengenai dirinya.  Dalam waktu beberapa bulan saja, aku nyaris hafal apa kebiasaannya.  Dia pun begitu terhadapku.  Padahal aku cukup tertutup. 
Tapi Kirana berkata bahwa kelakuanku sangat polos, kadang-kadang.  Semua orang mampu mengenali perasaanku tanpa perlu banyak wawancara. 
Aku hanya nyengir mendengar komentarnya. 
Bersamaan dengan persahabatanku dengan Kirana, aku menyadari bahwa nilaiku naik.  Secuil saja, tidak ekstrim.  Tapi Pak Surya saja suatu kali memanggilku dan memberiku sekeping coklat koin berbungkus kertas emas. 
Hadiah lulus midsemester. 
Aku tertawa geli melihat cara ia memperlakukanku seperti anak SD.  Perlu upetikah aku untuk melaksanakan hal yang baik?
Ini hanya sebagai penghargaan kecil supaya kau termotivasi untuk meningkatkan nilaimu lebih lagi, Bintang. 
Terima kasih, Pak.
Pak Surya barangkali baru pertama kali mendapatkan ucapan terima kasih dariku.  Ia melotot.  Karena itulah aku dapat melihat langit pada matanya yang kian terang.  Oh, Pak Surya. 

Nilai senirupaku terlebih membanggakan lagi.  Lukisan pemandanganku dipuja oleh guru seni.  Ia bilang, karyaku terasa asli dan penuh penghayatan.  Begitulah.  Aku sampai menahan nafas karena baru kali ini aku diberi kata-kata semanis itu.  Orang tuaku saja tidak pernah bilang begitu. 
Aku tidak tahu kamu pandai melukis. 
Itu kata-kata Kirana.  Ia malah minta aku melukis langit malam dengan bulan dan bintang-bintang kecil untuk dipajang sebagai dekorasi kamarnya.  Aku menerima saja kemauannya.  Kirana sampai membeli selembar kain kanvas selebar daun pintu. 
Sungguh-sungguh buatkan, ya. 
Boleh. 
Malam itu aku bercokol di rumah dan mengeluarkan cat lamaku yang ternyata sudah kering! Mumpung tidak ada PR dan cerah, aku berjalan ke toko alat lukis terdekat. 
Kutelusuri rak demi rak memilih cat berkualitas tertinggi. 
Aku pulang membawa cat yang kusukai dan dalam semalam aku menyelesaikan segulung lukisan langit malam yang sarat rasa senang.  Keesokan paginya Kirana menerima lukisan tersebut dengan penuh keceriaan.  Dia menepuk lenganku entah berapa belas kali saking riangnya. 
Terima kasihnya diucapkan puluhan kali setiap menit. 
Mengapa kau begitu menyukai langit malam?
Mata Kirana meredup.  Tidak sinkron dengan kalimat berikutnya yang ia lontarkan. 
Ada kenangan manis tentang langit malam.  Aku dan seseorang dulu selalu memandangi langit bersama.  Langit malam yang cantik.  Aku bulan, dan dia bintangnya. 
Perutku mulas.  Ia tampak kelam seperti warna langit malam.  Kuberanikan diri bertanya siapa orang yang ia maksud.

Mirip denganmu, sifatnya.  Seumuran dengan kita. 
Aku bertambah penasaran. 
Dia teman lamamu?
Kirana mengangguk pelan.  Kalau sekedar teman lama, kenapa seakan ia sangat merindukannya? Mungkinkah figur misterius tersebut adalah kekasihnya?
Mantan pacar ya? Tanyaku, bernada jahil.

Kirana bahkan tidak tersenyum.  Ia malah menatapku gundah.  Aku terkejut saat bulan di matanya itu mencair.  Leleh seperti kuning telur.  Dalam kesunyian, Kirana membiarkan beberapa butir air mata terjun ke pipinya.  Aku tidak sempat mengambil lap apapun.  Maka kupakai tanganku untuk membantunya mengeringkannya. 
Ia menunduk.  Kuberi ia peluk. 
Sampai akhirnya ia menceritakan semuanya.  Segala hal yang dilakukan teman menonton langit malamnya.  Seorang laki-laki dari kelas sebelah.  Membelikan sekotak biskuit coklat.  Memboncengnya ke padang rumput terdekat.  Duduk bersamanya, merinci nama-nama bintang.  Setiap hari mereka bersama.  Tiga bulan yang luar biasa, kata Kirana.  Hingga Kirana sadar bahwa temannya itu semakin kurus saja.

Hingga anak itu tidak pernah muncul di sekolah.  Hingga Kirana menemukan namanya di daftar penghuni baru rehabilitasi narkoba.  Suatu saat, temannya itu menghilang.  Dan terbaca berita di koran bahwa seorang pemuda usia lima belas overdosis di kamar tidurnya sendiri.  Kemudian Kirana melihat rumah temannya dikunjungi orang-orang berbaju hitam.  Tanda duka. 
Kirana selalu menatap langit malam.  Ia berharap temannya berbicara lewat kerlingan bintang dan bulan di atas sana.  Tapi mustahil!

Pandanganku pada dunia berubah begitu saja.  Aku dan Kirana belajar habis-habisan untuk ulangan umum semester dua ini.  Setiap hari kami mengulang pelajaran hari ini di jalan pulang.  Kami berpisah di perpustakaan karena letaknya di tengah kota.

Kurasa aku perlu berjuang kali ini.  Aku tidak mau tertinggal lagi, karena aku akan keluar dari sekolah jika sekali lagi aku gagal.  Semua dukungan Kirana tentu jadi sia-sia.  Betapa bakal marahnya ia jika itu terjadi!
Di sisi lain, sulit bagiku untuk tidak mengikuti semua omongan Kirana yang memotivasi secara luar biasa.  Dia jarang membiarkanku menganggur.  Setiap aku punya waktu senggang, ia mengajakku tanya jawab Geografi.  Ketika aku hampir tertidur di jam pelajaran Matematika, Kirana menggebuk mejaku hingga semua orang kaget.  Tapi aku toh langsung cenghar. 
Pak Surya menyumbangkan tiga keping coklat koin untukku.  Nilaimu naik tiga angka untuk Matematika.  Luar biasa.  Pertahankan sampai kau lulus SMA. 
Beberapa kerlipan mengunjungi tatapanku.  Aku merasa bola mataku berbinar cerah. 

Cerah.  Mata Pak Surya benar-benar secerah pagi hari.  Seakan ada matahari bertengger di sana.  Ia menggenggam buku raporku.  Setelah dua kali tercap tulisan TIDAK NAIK KELAS di sana, kini terstempel frasa terindah untuk masa ini: NAIK KELAS.  Aku, Bintang, naik kelas!
Kirana, yang berdiri di sampingku, tersenyum bangga.  Ia juga memeluk buku rapornya. 
Kamu hebat, Bintang.

Itu karena kalian, Pak Surya, Kirana. 
Pak Surya lantas berkata pada Kirana: Kenapa kau tertarik untuk memotivasi Bintang?
Kirana hanya menjawab tenang: Karena aku bulan.  Bulan adalah sahabat sejati bintang. 
Kami para lelaki kebingungan mendengar puisi singkatnya.  Kirana lalu berkata bahwa ia tidak tega melihat Pak Surya karena terlalu pusing memikirkan aku. 
Pak Surya terkikik dan berpandangan dengan Kirana.  Untung saya bocorkan padamu ada seorang anak yang butuh perhatian lebih padamu. 
Apa?

Tapi aku tidak sekedar ingin membuatmu naik kelas, Bintang, kata Pak Surya tanpa bisa kupahami.  Kirana adalah teman yang luar biasa bagimu.  Tidakkah pada matamu sekarang terlihat banyak bintang bertaburan?  Kirana yang memberikannya bagimu. 
Kirana dan Pak Surya saling tersenyum.  Wah, persengkongkolan macam apa ini? Sejak awal mereka bekerja sama membantingku agar naik kelas! Jadi Kirana bukannya secara spontan tertarik padaku?
Bintang, asal kamu tahu, Kirana pernah sekali dua kali bilang kau sangat baik.  Hei, aku tidak sekedar memberimu kenaikan kelas, 'kan?
Aku mengerjap.  Kirana lalu keluar dari ruang guru.  Pak Surya mengedipkan sebelah matanya.  Aku segera paham maksudnya.  Kutatap langit cerah di matanya sekali lagi, agar aku punya keberanian. 
Kuhampiri Kirana, yang sedang tersenyum sumringah.

Boleh aku menjadi bintang bagimu? Akan kutemani kau di langit malam yang gelap itu. 
Kirana malah menertawakanku.  Habis-habisan.  Tapi segera ia menghentikan kelakuannya dan menghambur padaku.  Dipeluknya aku erat-erat.  Perutku mulas tiada tara saking berdebar-debarnya. 
Sinar bulan, kelap-kelip bintang, elegannya langit malam.  Semua melebur saat kami saling menatap.  Kini aku akan menemaninya.  Selamanya, kuharap.